Lama Baca 3 Menit

Ahli Biologi China Kembangkan Gandum Anti-Penyakit

11 February 2022, 15:01 WIB

Ahli Biologi China Kembangkan Gandum Anti-Penyakit-Image-1

Ilustrasi Gandum - Gambar diambil dari Internet, jika ada keluhan hak cipta silakan hubungi kami.

Beijing, Bolong.id – Ahli  biologi Tiongkok mengembangkan gandum anti-penyakit. Menggunakan teknologi pengeditan genom.

Dilansir dari 新浪网 pada Kamis (10/02/22), teknologi genom memungkinkan varietas gandum elit melawan embun tepung, penyakit tanaman.

Studi ini dilakukan oleh para peneliti dari Institut Genetika dan Biologi Perkembangan dan Institut Mikrobiologi, keduanya di bawah Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok.

Embun tepung adalah salah satu penyakit gandum utama. Menurut Kementerian Pertanian dan Urusan Pedesaan Tiongkok, penyakit ini menyerang sekitar 6,67 juta hektar gandum setiap tahun di Tiongkok. Hasil ladang yang terkena dampak parah dapat dipotong hingga 40 persen.

Patogen sering menginfeksi tanaman melalui gen kerentanannya. Mutasi pada gen tersebut dapat membawa ketahanan penyakit pada tanaman, tetapi biasanya menghasilkan efek yang tidak diinginkan.

Pada tahun 2014, para peneliti dari kedua lembaga mengembangkan varietas gandum yang tahan terhadap embun tepung dengan mengedit salah satu gen kerentanan, lokus tahan jamur O (MLO), tetapi menyebabkan kehilangan hasil, penuaan dini, dan gandum kecil.

Para peneliti menemukan bahwa mutan MLO bernama Tamlo-R32 dapat mempertahankan ketahanan penyakit dengan tingkat pertumbuhan dan hasil yang serupa dengan varietas gandum standar.

Para peneliti menggunakan pengeditan genom presisi untuk memperkenalkan keunggulan mutan Tamlo-R32 ke dalam varietas gandum utama yang ditanam secara besar-besaran di Tiongkok dan menciptakan varietas baru yang tahan terhadap embun tepung tanpa kehilangan hasil.

Dibandingkan dengan metode pemuliaan tradisional, pengeditan genom dapat mempersingkat proses pemuliaan secara signifikan, menunjukkan prospek aplikasi yang mengesankan dalam produksi pertanian modern, kata Qiu Jinlong, salah satu peneliti. (*)